LamanQu.Com – Di tengah pandemi yang belum usai, sebuah nama penyakit baru kembali mencuat dan menarik perhatian dunia, cacar monyet atau monkeypox. Meski bukan virus baru, kemunculan kembali dan penyebarannya yang meluas di luar wilayah endemik telah memicu kekhawatiran. Namun, sebelum panik, mari kita pahami apa sebenarnya cacar monyet ini, bagaimana cara kerjanya, dan yang terpenting, bagaimana kita bisa melindungi diri kita.
Apa Itu Cacar Monyet?
Cacar monyet adalah penyakit langka yang disebabkan oleh virus monkeypox, anggota dari keluarga virus Orthopoxvirus, sama seperti virus cacar (smallpox), meskipun cacar monyet jauh lebih ringan.
- Bukan dari Monyet Saja: Meskipun namanya “cacar monyet”, virus ini sebenarnya ditemukan pertama kali pada monyet di laboratorium pada tahun 1958. Namun, hewan pengerat seperti tikus dan tupai di Afrika Barat dan Tengah adalah inang utama virus ini di alam liar.
- Zona Endemik: Secara historis, cacar monyet sebagian besar ditemukan di daerah terpencil di Afrika Barat dan Tengah, terutama di dekat hutan hujan tropis. Kasus-kasus di luar Afrika biasanya terkait dengan perjalanan atau kontak dengan hewan yang terinfeksi.
Mengenal Gejala dan Penularan Cacar Monyet
Mengetahui gejalanya adalah langkah pertama dalam perlindungan diri.
- Gejala Awal (1-5 hari):
- Demam tinggi mendadak
- Sakit kepala parah
- Nyeri otot dan punggung
- Kelelahan ekstrem
- Pembengkakan kelenjar getah bening – ini adalah ciri khas cacar monyet yang membedakannya dari cacar air.
- Ruam Kulit (1-3 hari setelah demam):
- Ruam akan muncul, dimulai dari wajah, kemudian menyebar ke bagian tubuh lain, termasuk telapak tangan dan kaki.
- Ruam berkembang dari bintik merah datar, menjadi benjolan berisi cairan bening, lalu berisi nanah, dan akhirnya mengering menjadi koreng atau keropeng yang akan mengelupas.
- Proses ini bisa memakan waktu 2-4 minggu.
- Bagaimana Virus Menyebar?
- Kontak Langsung Jangka Panjang: Penularan utama adalah melalui kontak fisik yang sangat dekat dan berkepanjangan dengan seseorang yang terinfeksi, terutama dari lesi kulit atau cairan tubuhnya.
- Tetesan Pernapasan Besar: Droplet besar saat batuk atau bersin, namun ini membutuhkan kontak tatap muka yang sangat dekat.
- Kontak dengan Benda Terkontaminasi: Menyentuh pakaian, seprai, atau handuk yang telah digunakan oleh orang yang terinfeksi.
- Dari Hewan: Kontak dengan hewan yang terinfeksi (gigitan, cakaran, atau mengonsumsi daging hewan liar yang tidak dimasak).
Melindungi Diri: Langkah Pencegahan yang Efektif
Kabar baiknya adalah cacar monyet tidak menyebar semudah COVID-19. Ada langkah-langkah sederhana namun efektif yang bisa kita lakukan.
- Hindari Kontak Dekat: Jauhi kontak fisik yang erat dan berkepanjangan dengan siapa pun yang memiliki ruam mencurigakan atau gejala cacar monyet.
- Praktikkan Kebersihan Diri: Sering mencuci tangan dengan sabun dan air, atau menggunakan hand sanitizer berbasis alkohol.
- Hati-hati dengan Hewan: Hindari kontak dengan hewan sakit atau bangkai hewan di daerah endemik. Jangan mengonsumsi daging hewan liar yang tidak dimasak dengan benar.
- Edukasi Diri: Kenali gejala-gejala cacar monyet. Jika Anda mengalami gejala serupa, segera konsultasikan dengan dokter dan lakukan isolasi diri.
Cacar monyet memang membutuhkan perhatian, tetapi dengan pemahaman yang benar dan tindakan pencegahan yang tepat, kita bisa mengendalikannya. Ini adalah pengingat bahwa dunia terus berinteraksi dengan patogen baru, dan kesiapsiagaan kita adalah kunci. Jangan panik, tapi tetap waspada dan jadilah bagian dari solusi.