Palembang, lamanqu.com – Community Service SMA Negeri 17 Palembang Angkatan XII dilaksanakan di SD Negeri 164 Palembang.
Kepala SMA Negeri 17 Palembang Dra. Purwiastuti Kusumastiwi, M.M didampingi Koordinator Pelaksana Community Service, Marwiyah MPd mengatakan, SMA Negeri 17 Palembang ini banyak sekali program praktek, dan Community Service ini berawal dari sekolah SMA 17 melaksanakan program AFS atau pertukaran pelajar. Jadi banyak anak-anak SMA 17 yang dikirim Amerika Serikat, ke Belgia ke Jepang dan ke seluruh negara-negara luar.
“Mereka pulang ke sekolah, dan mereka punya tanggung jawab antara lain menindaklanjuti program AFS untuk berbagi pengetahuan kepada lingkungan sekitar,” ujarnya, Kamis (9/2/2023).
Kegiatan Community Service ini sambung Purwiastuti, dimulai dari tahun 2009. Untuk tahun ini di SDN 164 Palembang adalah angkatan ke-12.
“program Community Service ini pak Arpani adalah pionirnya tahun 2009. Jadi awal-awalnya seperti biasa pelaksanaannya kelas X, dan yang mendampinginya kakak kelas XI. Jadi kami guru cuma mengamati saja.Mereka belajar sendiri dan itu ternyata sukses karena anak-anak kita di sini berani. Dulu pertama Community Service ini dimulai di SDN 197,” katanya.
“Dulu belum terprogram. Jadi yang diberikan tentang Bahasa Inggris, sehingga pemberian pengetahuan menggunakan Bahasa Inggris. Awalnya, dulu sekolah ingin siswanya di ajari untuk latihan baris-berbaris, diajari upacara dan kita siap.Karena kita siap dan anak-anak kita ini menunjukkan banyak kompetensi.Kemudian dilanjutkan lagi mencari sekolah karena tujuannya untuk pengabdian masyarakat,” tambah Purwiastuti.
Lebih lanjut Purwiastuti menerangkan, SMA Negeri 17 Pembang ini harus punya cara bagaimana mengabdikan dirinya. Sehingga bisa bermanfaat untuk lingkungan sekitar, intinya adalah lingkungan sekitar.
“Dibuatlah apa yang diberikan lebih lanjut. Jadilah SMA Negeri 17 menjadi Sekolah Adiwiyata, Sekolah Sehat. Kemudian SMA Negeri 17 perpustakaan menjadi prestasi tingkat nasional. Dan akhirnya dikembangkan lagi seiring adanya pembaruan,” bebernya.
“Tujuannya adalah menjalin kerjasama antara SMAN 17 dengan lingkungan sekitar. Tetapi di bidang pendidikan karena itulah yang sangat efektif.Mereka anak-anak kelas X mereka bukan guru jadi kakak kelas itu berbagi-bagi tapi kita pantau. Jadi Community Service ini dari 2009 ini terus. Namun stop sementara karena covid. Jadi tahun 2020, 2021 2022 stop sementara. Melalui Community Service kita membangun hubungan dengan sekolah sekitar, dan anak-anak kami mengajarkan ilmunya ke anak-anak SD. Selain itu, mereka menjadi berani dan bertanggung jawab itu karakter positifnya,” tuturnya.
Purwiastuti menjelaskan, Memorandum of Understanding (MoU) atau perjanjian kerjasama dari Community Service ini meliputi 4 bidang yakni pertama mensosialisasikan apa yang kami punya yakni AFS pertukaran pelajar. Karena untuk Sumsel karena kita chapter AFS satu-satunya di sekolah. “Jadi kita angkat pelajaran bahasa Inggris tapi itu dalam kosakata sederhana,” ucapnya.
“Kemudian kedua tentang peduli lingkungan karena sekolah kita adalah sekolah adiwiyata. Jadi anak-anak itu buat struktur materi apa tentang cinta lingkungan kosakata sederhana bagian tumbuhan pakai Bahasa Inggris. Ketiga peduli kesehatan kita ada anak KKR peduli kesehatan nanti kita kasih bagaimana cara merawat tubuh. Kenapa tubuh ini harus dirawat. Kemudian lagi setelah fokuskan padahal sederhana yang bisa diaplikasikan yaitu cuci tangan sesuai dengan versi WHO, kemudian menggosok gigi. Jadi ada demo gosok gigi, demo cuci tangan. Semua itu dibiayai oleh sekolah di fasilitasi oleh sekolah.Keempat untuk literasi karena kita punya perpustakaan yang sudah dapat penghargaan tingkat nasional maka kita mendukung program pemerintah menggalakkan literasi. Jadi kita ajarkan cinta buku mau membaca mau merawat buku. Itu perlu sehingga nanti ke depan siswa cinta dan sayang dengan buku. Nanti kegiatannya di perpustakaan sekolah yang bersangkutan,” terangnya.
Purwiastuti menerangkan, untuk melaksanakan Program Community Service pihaknya membuat surat ke Dinas Pendidikan Kota Palembang meminta izin dulu. Setelah, sekolah yang dituju sudah siap maka dilakukan negosiasi terkait jam pertemuan untuk pelaksanaan Community Service.
“Kami untuk program ini berjalan selama 1 tahun. Untuk jam tatap muka dan waktu pertemuan itu kita ikuti jadwal dari sekolah yang dituju. Program Community Service ini memang kewajiban seluruh anak kelas X. Siswa kita berikan media ajarnya,” paparnya.
“Harapan sekolah yang jelas kegiatan ini mengangkat karakter positif setiap anak-anak menjadi tidak berani menjadi berani. Untuk anak yang tidak punya kreasi jadi punya kreasi, untuk anak yang tidak bisa kerjasama jadi bisa kerja sama. Itu yang buat nilai plus dari Kementerian saat datang tercengang saya sudah keliling Indonesia, tetapi baru di sini menemukan di SMAN 17 di kota Palembang kegiatan yang banyak sekali mengangkat karakter positif. Harapan untuk anak-anak kami itu siswanya menjadi siswa yang kreatif, inovatif, bertanggung jawab, bisa bekerja sama. Kemudian lagi untuk kami juga sebagai pihak penyelenggara dengan sekolah itu terjalin hubungan kerjasama antara pihak sekolah dengan lingkungan sekitar yang ada di SMAN 17. Kesan dan pesan dari sekolah yang kami sudah kami kunjungi ada videonya. Pesan mereka mereka sangat terbantu antara lain untuk pembiasaan hal positif. Melalui kegiatan Community Service ini kita ingin menunjukkan bahwa siswa SMAN 17 tidak hanya berkutat di dalam saja tapi juga bisa melakukan kegiatan positif bagi lingkungan sekitar,” tandasnya.