Kopi Robusta Pagaralam Terbaik di Indonesia

News
kebun kopi , kopi robusta , Kopi Robusta Pagaralam , pencinta kopi , Petani kopi , Petik Merah , sentra penghasil kopi
Panen Kopi Robusta

Pagaralam, lamanqu.com – Selain terkenal dengan alamnya yang sejuk, Kota Pagaralam juga dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil kopi Robusta unggulan di Indonesia.

Kopi Robusta Pagaralam memiliki rasa asam dan pahit dengan aromanya yang khas. Tidak salah jika ada anggapan Pagaralam merupakan salah satu sentra penghasil kopi robusta terbaik saat ini.

Kopi Robusta ‘Petik Merah‘ mempunyai cita rasa keasaman yang patut dijajal oleh pencinta kopi.

panen kopi robusta, petani kopi pagaralam, harga kopi robusta, kopi perkilo, kopi robusta petik merah
Hasil Panen Kopi Robusta Petik Merah

Hubungan harmonis antara kopi dan masyarakat Pagaralam sudah terjalin sangat lama, hal tersebut terihat dari tradisi menjemur kopi di halaman rumah yang kerap dilakukan masyarakat setempat.

Akbar, petani kopi asal kecamatan Pagaralam Selatan mengatakan, dari proses tanam hingga panen membutuhkan waktu yang cukup lama.

“Kopi robusta ini sendiri akan mulai berbuah pada saat umur 3 tahun, dan masa puncak panen di umur 4-5 tahun itu pun setelah melakukan proses pembibitan,” jelas Akbar, Selasa (18/8/2020).

Akbar menerangkan, setelah proses panen selesai dilakukan, kopi akan dijemur di halaman yang luas agar karakter rasa biji kopi tetap terjaga.

” Kita perlu memperhatikan tingkat kesejukan, kelembapan, seberapa lama biji kopi terpapar cahaya matahari. Jika musim panas maka proses penjemuran bisa memakan waktu 15-20 hari, jika sedang dalam musim hujan akan memakan waktu lebih dari satu bulan,” jelasnya.

Untuk proses tanam, dalam satu hektar kebun kopi kurang lebih terdapat 2000-2500 pohon kopi robusta tergantung jarak tanam pohon itu sendiri dan mendapatkan hasil panen paling banyak 1-1,5 ton di empat tahun terakhir.

Saat ini harga jual kopi di tingkat petani Rp.19.000, jika kita hitung dari hasil panen yang di dapat. Petani bisa menghasilkan uang kurang lebih Rp 27.000.000 per tahun, itupun jika kebun kopi kita berbuah lebat dan bukan gagal panen karena faktor cuaca dan lainnya.

Anda bisa bayangkan, jika panen kopi dilakukan dalam waktu satu tahun sekali atau sering disebut satu musim.

“Dengan harga Rp 19.000, itu belum bisa mensejahterakan para petani, karena pendapatan tersebut belum dikurangi pembelian pupuk dan biaya perawatan lainnya. Saya berharap agar harga kopi bisa naik berkisar Rp 20.000 keatas, dengan itu perekonomian petani kopi bisa membaik,” tutupnya. (FN)