Palembang, LamanQu.Com – “Jum’at 12 Desember 2025, Polda Sumsel dan Kota Palembang Dalam Hal ini Direktorat Pamovit telah Menandatangani Perjanjian Kerjasama (PKS) terkait pengamanan Objek Vital Pariwisata di Kota Palembang, dengan di Lakukannya Kerjasama tersebut diharapkan wisatawan manca negara ataupun lokal dapat meningkat,” ujar AKBP Rahmat Sihotang SH,MH.
Pak Rahmat, panggilan Akrab Perwira Melati dua ini Selaku Penggagas inovasi Pariwisata ini mengatakan Komitmen Kepolisian RI dalam hal ini Polda sumsel menindak tegas pelaku premanisme dan Pungli di Objek Vital Pariwisata Kota Palembang.
Sebelum penandatanganan Perjajian Kerjasama ini Polda Sumsel dan Pemkot Palembang telah melakukan Pelatihan Yang bertempat di Ruang Prameswara Pemkot Palembang.
Kegiatan ini menghadirkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari akademisi, pelaku usaha pariwisata, Satpol PP, hingga Ditpamobvit Polda Sumsel.
Program inovasi ini ditargetkan menjadi pilot project keamanan pariwisata di Kota Palembang, pelaku perhotelan dan masyarakat peduli wisata dan lainnya.
Penguatan Keamanan Wisata Melalui Kolaborasi
Dalam pelatihan tersebut, peserta mendapatkan sejumlah materi strategis dari narasumber di antaranya:
- Manajemen Strategi oleh Rektor Institut Teknologi dan Sains Nahdlatul Ulama,
Prof. Dr. H. Zainal Effendi, S.H., M.M., DBA - Public Private Partnership (PPP) oleh Anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Palembang Dr. Kemas Ari Panji, M.Si
- Hak Asasi Manusia (HAM) oleh Biro Hukum Polda Sumsel Kompol Dr. M. Ihsan, S.S., S.H., M.H.
Acara dibuka oleh Asisten III kota Palembang dan turut dihadiri Dirpamobvit Polda Sumsel Kombes Pol Heru Agung Nugroho, S.I.K., Plt. Kepala Dinas Pariwisata Kota Palembang, serta Kasat Pol PP Kota Palembang.
Adapun pilot project tahap awal akan difokuskan pada tiga destinasi utama:
- Benteng Kuto Besak (BKB)
- Jembatan Ampera
- Pulau Kemaro
AKBP Rahmat juga memastikan komitmen kepolisian untuk menindak tegas praktik premanisme, pungli, dan aktivitas lain yang mengganggu kenyamanan wisatawan.
“Kalau kita bekerja bersama, saya yakin pariwisata Palembang akan menggeliat lagi pada 2026,” tambahnya.
Akademisi: Wisata Tak Bisa Maju Tanpa Rasa Aman
Akademisi UIN Raden Fatah sekaligus anggota TACB Palembang, Dr. Kemas Ari Panji, menilai sistem keamanan yang terintegrasi sudah sangat mendesak untuk diterapkan. Ia menegaskan bahwa rasa aman adalah fondasi kebangkitan pariwisata.
“Kita tidak bisa hanya membebankan keamanan kepada polisi, atau pemerintah, atau swasta. Ini tanggung jawab bersama,” tegasnya.
Ia mengungkapkan masih adanya kejadian pemalakan, intimidasi, dan pungutan liar di kawasan wisata seperti Jembatan Ampera, BKB, dan Masjid Agung, yang dapat meninggalkan trauma bagi wisatawan.
“Hal kecil bisa berdampak besar. Ada teman saya yang bilang, Palembang itu tidak aman. Ketika dibagikan ke komunitasnya, citra kota langsung jatuh,” ujarnya.
Menurut Kemas, penanganan keamanan harus dilakukan berkelanjutan, bukan hanya ketika kasus sedang ramai.
“Sering terjadi: ketika kasus heboh, semua turun. Dua hari aman, minggu depannya pos sudah kosong. Ini tidak boleh terjadi.”
Ia juga menyoroti pentingnya pemanfaatan teknologi seperti CCTV, digital ticketing, dan sistem pelaporan terpadu agar pengawasan lebih akurat dan cepat.
Kemas mencontohkan keberhasilan kawasan wisata Kota Tua Jakarta dan Semarang yang dinilai berhasil karena penataan keamanan yang konsisten.
“Wisatawan datang bisa foto-foto tanpa diganggu. Kalau baru duduk sudah didatangi pengamen atau diminta uang, bagaimana wisata mau maju?” katanya.
Menurutnya, aparat tidak boleh hanya melihat nominal kerugian pada kasus tipiring, tetapi juga mempertimbangkan dampaknya terhadap citra pariwisata.
“Semoga dengan terwujudnya Perjanjian Kerjasama Ini Pariwisata Kota Palembang Dapat meningkat dan menjadi Devisa meningkatkan Perekonomian Kota Palembang,” tutupnya.




