Palembang, LamanQu.Com – Peluncuran buku “Keramik Cina Temuan Sungai Musi Abad 7 sampai dengan 19 Masehi” karya Dr. H. Fadli Zon, S.S., M.Sc. sekaligus diskusi publik bertema “Sungai Musi Sebagai Pusat Peradaban Kuno Nusantara” berlangsung di Ruang Prof. Djuaini Mukti, Gedung UPT Bahasa, Universitas Sriwijaya (Unsri) Bukit Besar Palembang, Senin (20/10/2025).
Kegiatan ini dihadiri zoom oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon, dihadiri langsung oleh Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan Dr. Restu Gunawan, M.Hum, Rektor Unsri Prof. Dr. Taufiq Marwa, S.E., M.Si, serta sejumlah akademisi, peneliti, dan pemerhati sejarah.
Fadli Zon mengungkapkan rasa syukur atas peluncuran buku yang merupakan hasil riset panjang terhadap ribuan temuan keramik di sepanjang aliran Sungai Musi.
“Dengan diluncurkannya buku ini, kita menunjukkan bahwa bangsa Indonesia memiliki akar peradaban yang kuat. Semoga benda-benda bersejarah ini menjadi sumber inspirasi bagi generasi penerus bangsa,” ujarnya.
Dirjen Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Dr. Restu Gunawan menegaskan bahwa Sungai Musi merupakan salah satu sungai peradaban penting di Nusantara yang menyimpan banyak peninggalan arkeologi.
“Dalam koleksi Pak Menteri saja ada sekitar 4.000 artefak keramik asal Cina. Itu baru dari satu periode. Belum termasuk peninggalan era Hindu, Buddha, dan Islam,” jelasnya.
Ia menekankan pentingnya penyelamatan dan pelestarian situs-situs arkeologi Sungai Musi, termasuk kemungkinan pembangunan museum khusus di Palembang.
“Peluncuran buku ini diharapkan mendorong generasi muda melakukan riset dan penelitian lanjutan untuk memperkaya khazanah kebudayaan dan memperkuat sejarah Palembang sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya,” tambahnya.
Restu juga menyebut bahwa hingga kini, lokasi pasti pusat Kerajaan Sriwijaya masih menjadi misteri yang perlu diteliti lebih dalam.
“Ini pekerjaan besar, bukan hanya bagi kementerian, tapi juga bagi pemerintah daerah, akademisi, dan komunitas sejarah. Harus ada riset yang konsisten dan mendalam dari sini,” tegasnya.
Sementara itu, Rektor Unsri Prof. Dr. Taufiq Marwa menyatakan komitmen Unsri untuk terus berperan aktif dalam riset dan pelestarian peninggalan sejarah.
“Unsri sebagai lembaga pendidikan tinggi memiliki tanggung jawab memfasilitasi penelitian dan pelestarian situs sejarah, termasuk temuan-temuan keramik di Sungai Musi,” katanya.
Menurutnya, berdasarkan analisis arkeologi, keramik-keramik yang ditemukan berasal dari berbagai dinasti seperti Dinasti Ming dan Dinasti lainnya, ini yang menunjukkan adanya aktivitas perdagangan internasional di Sungai Musi sejak berabad-abad lalu.
“Penemuan ini bisa menjadi bukti adanya aktivitas ekonomi dan budaya pada masa sebelum, saat, dan sesudah era Sriwijaya,” ujarnya.
Prof. Taufiq juga mengungkapkan rencana Unsri untuk membuka program studi baru yang berfokus pada sejarah dan arkeologi lokal, agar pelestarian dan penelitian kebudayaan dapat dilakukan secara berkelanjutan.
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah VI, Kristanto Januardi, menambahkan bahwa kebanggaan terhadap nama “Sriwijaya” harus diwujudkan melalui aksi nyata menjaga dan mempertahankan peninggalan sejarahnya.
“Kita bangga punya Sriwijaya — namanya ada di mana-mana, dari Unsri, Kodam II, hingga Sriwijaya FC. Tapi kebanggaan itu harus dibuktikan dengan menjaga temuan-temuan sejarah agar tetap berada di bumi Sriwijaya,” katanya.
Kristanto menjelaskan, BPK Wilayah VI telah melakukan berbagai upaya pelestarian dan pengamanan benda-benda temuan sejarah agar tidak keluar dari wilayah Sumatera Selatan.
“Kebudayaan dan cagar budaya adalah tanggung jawab bersama, antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat,” ujarnya.
Padia Amilia, M.A, selaku penulis buku bersama Fadli Zon, mengungkapkan bahwa riset tentang keramik Sungai Musi telah dilakukan sejak tahun 2017.
“Pak Fadli Zon mulai mengumpulkan koleksi keramik Sungai Musi sejak 2015. Jumlahnya kini sudah ribuan. Upaya beliau adalah menyelamatkan warisan arkeologi dan sejarah Palembang agar tidak hilang begitu saja,” katanya.
Padia menegaskan bahwa penelitian terhadap temuan di Sungai Musi akan terus berlanjut untuk memperkaya data sejarah perdagangan dan peradaban masa lalu di wilayah Sumatera Selatan.