Daeng Supri Yanto SH MH.CMS.P : Indonesia Merdeka atau Terjajah Gaya Baru? Sebuah Refleksi Intelektual

Opini
Merdeka atau Terjajah , Refleksi Intelektual

Palembang, LamanQu.ComSaudara-saudari sebangsa dan setanah air. Kita berdiri di sini, di atas tanah yang konon katanya merdeka, namun bayang-bayang masa lalu terus menghantui. Semangat para pahlawan yang telah gugur demi merebut kemerdekaan dari cengkeraman penjajah seolah menjadi ironi di tengah realitas yang kita hadapi saat ini. Apakah benar kita telah merdeka? Atau kita hanya berganti tuan, dari Kompeni ke Kapitalis, dengan wajah Negara Republik namun dianggap sebagai boneka yang menari mengikuti irama kapitalisme global?

Informasi yang beredar menyebutkan bahwa kita masih terikat perjanjian dengan kaum kapitalis, kita harus membayar utang yang entah sampai kapan lunasnya. Lebih jauh lagi, negara ini berada di bawah pengawasan kapital global, yang dengan tangan besi mengatur arah kebijakan ekonomi dan politik kita. Kita dipaksa untuk menjauhi komunisme dan sekte agama tertentu, sementara pintu lebar-lebar dibuka untuk kerjasama dengan negara-negara kapitalis dan liberal.

Bukti nyata dari penjajahan gaya baru ini adalah penguasaan sumber daya alam kita oleh asing. Tambang emas, nikel, dan minyak yang seharusnya menjadi sumber kemakmuran rakyat, justru dinikmati oleh korporasi-korporasi raksasa dari kapital global dan negara-negara lainnya. Kita hanya menjadi penonton yang gigit jari, sementara kekayaan alam kita dijarah habis-habisan.

Sejarah telah mencatat bagaimana adidaya melalui agen intelijen-nya menggulingkan kekuasaan pemimpin yang tidak mau tunduk pada kepentingan mereka. Soekarno, dengan semangat anti-imperialismenya, menjadi korban konspirasi global. Mereka mencari pemimpin yang bisa diatur, yang rela menjual kedaulatan negara demi kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Lalu, di mana letak kemerdekaan kita sebagai warga negara yang berfalsafah Pancasila dan memiliki tujuan negara yang adil, makmur, dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia? Apakah kita sudah merasakan kemerdekaan yang sejati? Ataukah kita hanya menjadi budak di negeri sendiri?

Pertanyaan-pertanyaan ini harus kita renungkan bersama. Kita tidak boleh terlena dengan Retorika-retorika kosong yang hanya meninabobokan kita. Kita harus berani membuka mata dan melihat realitas yang ada.

Kemerdekaan bukan hanya sekadar bebas dari penjajahan fisik. Kemerdekaan sejati adalah kemerdekaan ekonomi, politik, dan budaya. Jika kita masih tergantung pada bangsa lain dalam hal-hal tersebut, maka kita belum bisa dikatakan merdeka sepenuhnya.

Oleh karena itu, mari kita bangkit dan bersatu. Mari kita kobarkan semangat perjuangan para pahlawan yang telah gugur. Mari kita rebut kembali kedaulatan negara kita dari tangan-tangan asing yang serakah.

Kita harus berani melawan segala bentuk penjajahan modern yang menggerogoti bangsa kita. Kita harus membangun ekonomi yang mandiri, politik yang berdaulat, dan budaya yang luhur.

Indonesia bukan negara boneka. Indonesia adalah negara yang besar, kaya, dan berpotensi menjadi kekuatan dunia. Kita tidak boleh membiarkan diri kita terus menerus dijajah dan dieksploitasi.

Mari kita wujudkan Indonesia yang benar-benar merdeka, berdaulat, adil, dan makmur. Mari kita buktikan kepada dunia bahwa kita adalah bangsa yang besar dan mampu berdiri di atas kaki sendiri.