Benci yang Rasional
Banyuwangi, lamanqu.com – Berbicara rasa benci, penulis yakin bahwa semua orang pernah mengalami dan tersimpan dalam diri manusia. Namun setidaknya sebagai mahluk sosial yang membutuhkan orang lain jika ingin membenci apapun haruslah rasional.
ben·ci a sangat tidak suka: saya — kepada penjilat; ia — benar kepada orang yang suka menonjolkan diri dan memburuk-burukkan orang lain; ( Sumber : https://kbbi.web.id/benci ).
Contoh I : Seorang atau sekelompok yang tidak suka dengan Piki sebagai kepala daerah. Haruslah mereka mengkritisi Piki sebagai kepala daerah atas kebijakan, program yang tidak pro rakyat, inilah benci yang rasional versi penulis.
Namun jika seorang atau kelompok tersebut menyerang diri pribadi atau persoalan pribadi Piki, ini yang dikatakan benci yang tidak rasional atau tidak objektif dalam memberi penilaian. Jangan buang – buang waktu dan pikiran kita untuk benci yang tidak rasional pada orang lain yang akan menguras tenaga, pikiran kita.
Contoh II : Seorang anak pria lulusan SMA, ia diberikan kepercayaan oleh beberapa pejabat atas komitmen, kerja keras dan loyalitas nya terhadap pekerjaan yang diberikan. Tanpa tahu proses yang sudah dibangun oleh anak lulusan SMA tersebut, Si Gondrong dan berbibir tebal yang mengklaim bahwa dirinya lebih hebat, lebih pintar, lebih segalnya dari anak lulusan SMA, ia menaruh rasa benci yang mendalam atas apa yang didapat oleh anak lulusan SMA tersebut.
Si Gondrong bibir tebal tersebut membabi buta rasa bencinya terhadap anak lulusan SMA tersebut dengan nimbrung sana – sini, ngomong sana – sini menjelekan dan menyerang pribadi anak lulusan SMA tersebut. Semoga si Gondrong bibir tebal tidak buntu pikiran dan semakin tahu diri dan tahu terimakasih.
Cerita fiksi diatas, penulis ingin menyampikan bahwa benci pada apapun itu sah saja dan pasti ada pada diri manusia, namun benci lah secara rasional dan masuk akal, jangan menilai sesaat hanya kepentingan syahwat.