Memlih Calon Pemimpin Berbanding Memilih Calon Karyawan

Opini
karyawan , Pemimpin

Palembang, lamanqu.com – Alhamdullilah kembali nya aku dari tanah Singosari Jawa Timur tepatnya di Tanah Seribu Pesantren Pasuruan semenjak penghujung Agustus lalu, hitung hitung sudah melampaui empat bulan juga diriku manut dengan aturan tertuang dalam pasal pasal PKWT aku tandatangani mulai dari kewajiban dan hak didalamnya juga menarik diriku dalam managemen baru cukup sekedar beli beras dan tagihan bulanan.

Sebagai karyawan baru aku sudah melampaui masa pengenalan lingkungan serta tradisi tertuang dalam SOP untuk tugas jobdesk keseharian terlebih lagi di kantor baru ini tak terasa lagi kekakuan semua meleleh cair komunikasih antar departemen, divisi dan hirarki.

General Affair atau sebagian perusahaan lain menggunakan istilah bagian umum aku dan teman teman berada satu ruangan dengan Legal Affair serta berbaur dengan bagian penggodokan pencarian talenta penilaian kerja dan kinerja yang dalam perahu baru ini mereka menyebut singkat HR Department.

Penataan Ruang kerja kantor ini begitu terbuka tertata sangat moderen dan afik, Sehingga untuk tiga department ini paling bisa menungkinkan bercengkrama satu sama lain saling support untuk pencapaian sebuah produktifita.

Kenyamanan ruang selalu terkondisi dengan mesin pendingin sekelas hotel berbintang, tak ada celah pori akan merekahkan keringat yang ada hanya kuduk selalu merimding “kelgasan” atau seperrti “demam kure” (ungkapan demam panas dingin) bahasa daerah Sekayu.

Meja yang selalu dapat memperoleh kepercayaanku menerimah berkas lembar kerja berbulan bulan ini mungkin hingga bertahun tahun jauh sebelum aku berjarak sedepah tangan orang dewasa saja dengan meja dimana saudara saudaraku yang menukangi Sumber Daya Manusia itu nongkrong khusuk berbicara kinerja, Key Peformance Indicator, Bonus Salary dan Punishment. Tenru saja sangat familiar bagiku terminalogy diatas terekam melalui sarap sarap telingahku.

Di tahun politik ini, seluruh media, baik itu media cetak, elektronik, media online dan medsos ramai gunjingan, propaganda, ungkapan sekedar MPO singkatan jadul Mencari Perhatian Orang sudah berhamburan bertebar oleh ulah timses atau pendukung masing masing kubu.

Kata ” Memilih” yang”root of word nya “Pilih” jadi paling sering dipakai untuk isu tahun Politik ini.

La di Departemen HR yang selalu aku dengar ratusan atau bahkan ribuan surat lamaran mereka terimah tak luput dari penilaian dan seleksib departement HR ini, begitu juga pada ribuan atau jutaan perusahaan diluar sana kerap mensortir calon calon karyawannya mereka tentu saja melalui proses memilih berkas lamaran kerja

Lantas, tahapan, SOP serta penilaian apa saja yang mereka pakai dalam proes pencarian tenaga kerja?

Apakah sering kita ketemukan istilah gambling maksud nya spekulatif dalam memilih calon karyawan? Terus jika mereka menempatkan kategori yang menjadi tolak ukur, adakah unsur Ras, Agama dan kebangsaan? Apakah murni profesionalisme tanpa tanpa harus dengar gunjingan?

Sebaliknya jika pada pemilihan calon pemimpin indikator apa saja para voters jadikan alat ukur?

Adakah trackrecord atau rekam jejak jadi faktor utama dalam memilih calon pemimpin?

Bagaimanana juga masyarakat awam menilai jiwa kebangsaan itu pada sosok calom pemimpin?

Kata sangat sentral dibicarakan negara butuh pemimpin berkarakter, seperti apa sesungguhnya pemimpin seperti itu?

Nah pertanyaan diatas lah sebenarnya bersifat kwalitatif butuh kemampuan juga rasa rasanya bagi kita semua untuk menjadikanya lebih kwantitatif sehingga dalam memilih calon pemimpin itu harus nya melalui hitung hitungan bukan hanya hitungan berapa dibayar satu suara, Nauzubilah Summah Nauzubilah Minzalik.