Oleh: Tisna Buana, Wartawan OKU Selatan
Malang tak dapat ditolak, untung tak pula bisa diraih. Siapa sangka, Sekolah Dasar 03 Rambangnia, Simpang Marta, Muaradua yang pernah melahirkan cikal generasi berprestasi hingga ke level nasional kini sedang berduka. Musibah yang melanda sekolah ini mengalami kebakaran hebat tepat dini hari, Ahad 15 Maret 2020 lalu.
Malam itu, bagaikan mimpi yang terlilit nyata. Keceriaan menjelang Ujian Nasional pun mendadak berubah jadi muram. Penyebabnya ; bangunan sekolah yang letaknya di jantung kota Muaradua ini hangus terbakar. Ulah konsleting arus listtik. Begitu dugaan sementara dari pihak kepolisiaan. Meski spekulasi berembus, namun pihak PLN setempat mengakui musibah kebakaran bisa saja terjadi kapan dan di mana.
“Jangankan di Muaradua, Jakarta sekalipun sering terjadi kebakaran,” cetus salah seorang petugas di PLN Muaradua.
Kegilaan api di SD 03 Rambangnia agaknya datang secara tiba-tiba. Mendadak bangunan sekolah ini terasa bergetar lalu suasana diseputaran sekolah senyap. “Kebakaran…,kebakaran!,” beberapa orang memekik hampir bersamaan. Tak lama kemudian semua orang panik berhamburan keluar rumah.
Orang-orang disekeliling sekolah coba memadamkan api seadanya. Api terlanjur membesar dan seketika petugas kebakaran milik Pemerintah OKU Selatan beriniasiatif untuk menjinakkan api. Walhasil, meski kebakaran kali itu tidak memakan korban namun seluruh dokumen baik siswa maupun guru ikut lenyap bersama ruangan.
“Tak ada yang bisa diselamatkan di ruangan guru tersebut. Temuan sementara api itu disebabkan konsleting arus listrik. Mau bagaimana lagi, kita bersyukur apinya tidak merembes ke rumah-rumah warga,” demikian disampaikan Saipul, Kepala Desa Rambangnia.
Kesaksian Ipul bahkan diamini oleh Abdi. Guru olahraga SD 03 itu berkisah di malam peristiwa kebakaran nyaris tak ada yang mengetahui. Semua dokumen, peralatan olahraga, lemari, meja, dan fasilitas ruangan habis di lahap api.
“Kebetulan ruangan yang terbakar itu, awalnya rumah dinas kepala sekolah yang dialihfungsikan untuk ruang guru. Nah, soal kenapa dijadikan ruangan guru, saya justru tidak mengetahui alasannya apa,” diceritakan Abdi.
Sekadar informasi saat ini SD 03 Rambangnia memiliki 18 guru PNS dan delapan guru honorer. Sedangkan total peserta didik berjumlah 286 orang. Di sekolah ini juga terdapat fasilitas lapangan olahraga, bangunan lokal, dan perpustakaan. Begitu nyamannya anak-anak bersekolah di sana.
“Ya, karena SD ini mengalami musibah, anak-anak relatif tak nyaman belajar,” ucapnya.
Secercah harapanpun dikemukakan Abdi. Dia berharap sekali ada perbaikan bangunan ruangan guru yang hangus terbakar. Ciptakan lagi ruangan guru yang aman, laik, dan tertata.
“Kami ingin bangun kembali ruangan yang terbakar itu. Sekurang-kurangnya bangunan tersebut yang representatif. Itu barangkali harapan saya,” Abdi dengan suara merendah.
Terkadang musibah bukan semata perkara kehilangan sepatu dan seragam, tapi perkara kepemilikan dengan segala rupanya. Toh, memiliki dan kehilangan adalah pasangan sejati, seperti halnya hidup dan mati. Semua yang berawal dari memiliki pasti akan berakhir dengan segala kehilangan.
Ya. Logikanya sederhana saja, bila hari ini mungkin yang hilang hanya ruangan guru. Mungkin esok kita kehilangan sesuatu yang lebih beaar. Dan, siapapun itu selalu siap dengan kemungkinan itu. (*)